Rejangnews.com || Rejang Lebong – Grup teater independen asal Curup, Kabupaten Rejang Lebong, Teater Senyawa Curup dijadwalkan akan pentas di Taman Budaya Sriwijaya Palembang sebagai salah satu penampil tamu dalam gelaran Festival Teater Sumatera 2021, 11 hingga 14 November 2021 mendatang. Dalam kesempatan kali ini, Teater Senyawa Curup akan membawakan naskah berjudul Meja Makan, karya/sutradara Adhyra Pratama Irianto.
Disampaikan oleh dramatur Teater Senyawa Curup, Ikhsan Satria Irianto, pertunjukan Meja Makan ini merupakan pengandaian metafisis dari fenomena “jalur rempah” yang tengah diusung pemerintah RI. Lewat proses dialektis, Teater Senyawa mencoba membongkar “mitos akulturasi” lewat nilai-nilai yang saling kontradiksi dan menimbulkan paradoks di narasi tersebut.
“Proses eksplorasi karya Meja Makan ini berpijak pada teori relasi kuasa pengetahuan dari Michel Foucault, sebagai strategi tafsir berbagai asumsi yang termarjinalkan dari kemasyhuran jalur rempah tersebut,” jelas Ikhsan.
Ikhsan menambahkan, berpijak dari premis awal itu, pertunjukan sengaja didesain agar tidak mengarah ke budaya, histori, atau tradisi apapun. Hal itu ditujukan agar tendensi kultural bisa dilepaskan dengan sengaja dari eksplorasi formal, agar bisa mereproduksi makna yang baru.
“Sedangkan ide karya difokuskan pada dominasi simbolik yang terjadi di sepanjang dan sekitar jalur rempah,” kata Ikhsan.
Sedangkan koreografer/penata gerak Teater Senyawa Curup, Pratama Rezki Wijaya menyebut bahwa pertunjukan ini memang didesain agar difokuskan pada tekstur pertunjukan. Oleh karena itu, media utama sebagai kendaraan penyampai makna di karya ini adalah relasi antar peristiwa.
“Proses penggarapan difokuskan pada penyusunan tekstur pertunjukan, karena penyampai makna yang utama di pertunjukan ini ialah relasi antar peristiwa,” terang Rezki.
Rezki juga menyampaikan bahwa teknik yang diadopsi untuk pertunjukan ini ialah teater epik ala Bertold Brecth demi mencapai efek alienasi. Karena itu, selain susunan gerak dan tekstur pertunjukan, juga ada tokoh narator yang dihadirkan untuk mematahkan atau merusak latar ruang dan waktu pertunjukan.
“Jadi akan muncul satu tokoh yang terpisah dari ruang dan waktu dengan tokoh lainnya, bertugas untuk merefleksikan makna. Tokoh tersebut juga akan mematahkan jarak antara penonton dengan pertunjukan, serta mematahkan jarak antara peran sebagai narator dengan perannya sendiri,” tutupnya.
Teater Senyawa adalah lembaga pendidikan, pengkajian, dan pelatihan seni teater independen yang berpusat di Curup, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, yang didirikan pada 15 Maret 2012. Mendapatkan hibah pelatihan penulisan naskah dan penyutradaraan dari Yayasan Kelola tahun 2018 dan pelatihan manajemen pertunjukan dari Djarum Foundation pada 2019, serta menggelar pertunjukan, pelatihan, dan kegiatan seni teater lainnya di berbagai kota di Indonesia.
Sinopsis “Meja Makan”
Sebuah negeri nun jauh di sana, berdiri di atas tanah yang sangat subur, yang dipenuhi berbagai sumber makanan. Sayangnya, orang-orang yang menempati tanah tersebut dianggap setara dengan hewan oleh bangsa-bangsa yang datang ke negeri itu untuk mengambil kekayaan alamnya. Maka, selain mengambil rempah dan bahan makanan lainnya, bangsa-bangsa yang datang itu mencoba untuk mengubah penduduk asli agar bisa setara dengan “manusia”.
Sampai akhirnya, penduduk asli tanah tersebut berubah di segala sisi. Namun, jalur yang mempertemukan bangsa-bangsa lain ke tanah itu terus mengantarkan perubahan-perubahan baru. Penduduk asli terus berubah, sampai lupa dengan identitas aslinya. Ia terus menjadi seseorang yang baru, mengikuti standar bangsa-bangsa yang mendatanginya. (Rilis)