“Hai manusia sesungguhnya kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu sekalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya kamu saling mengenal. Sesungguh-nya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa diantara kamu, sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.” (QS. Al-Hujurat ayat 13)
Ayat diatas menunjukkan bahwa kebhinekaan memang dikehendaki oleh Tuhan Yang Maha Esa, hanya saja perbedaan itu dalam kerangka yang lebih baik. Islam mengajarkan persamaan diantara sesama manusia dan oleh karena itu Islam juga sangat mengutuk perlakuan diskriminatif diantara manusia dan merasa dirinya lebih tinggi dari orang lain sehingga merendahkan martabat orang lain.
Jadi, esensi dan hakikat toleransi dalam merajut ukhuwah (persaudaraan) sesama anak bangsa Indonesia demi tegak kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa dalam menjaga esensi kebhinekaan tunggal ika mutlak kita upayakan.
Terakhir penulis mengutip statemen yang disampaikan sosok mantan Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang juga merupakan fakar tafsir Indonesia dan juga merupakan Ketua Umum Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) Kairo Mesir Cabang Indonesia Tuan Guru Bajang (TGB) Ustadz Dr. H. M. Zainul Majdi,Lc.,MA Al-Hafidz didalam pesan intisari singkat disampaikan beliau saat beliau menyampaikan khutbah jum’atnya di Masjid Raya Baitul Izzah (MRBI) Provinsi Bengkulu pada kemarin Jum’at 16 Juni 2023 bahwa, apapun jenis perbedaan kita, beda partai politik, beda warna kulit, beda pandangan, beda pemikiran, beda pilihan, beda ormas, beda pemahaman dan lainnya jangan jadikan sebagai bentuk pertikaian dan perselisihan serta perpecahan atau permusuhan diantara kita melainkan jadikan sebagai motivasi dan inspirasi dari kesuksesan yang diperoleh seseorang tersebut pada diri kita, sehingga dari sinilah esensi kebangsaan dan kebhinekaan tunggal ika kita sebagai anak bangsa Indonesia untuk merajut ukhuwah (persaudaraan) dan kebhinekaan tunggal ika akan semakin kokoh dan kuat sehingga negara lain atau bangsa lain diluar kita Indonesia bisa menjadikan bangsa Indonesia sebagai rujukan atau referensi bagi mereka untuk belajar menoleh bangsa Indonesia jika anak-anak bangsanya, putra-putri Indonesianya sangat mengutamakan dan memprioritaskan esensi toleransi dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara dan ending dari semua ini nanti akan terwujud baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur yang artinya sebuah negeri yang mengumpulkan kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya yang baik beretika. Wallahu’alam bishawab.