Rejangnews.com – Sanggar Teater Senyawa asal Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu rencananya akan menggelar acara peluncuran buku naskah drama Pelukis & Wanita karya Adhyra Pratama Irianto pada hari Sabtu (27/2/2020) di Gedung Taman Budaya Tertutup Bengkulu.
Peluncuran buku naskah drama ini digelar untuk memeriahkan acara Temu Teater Bengkulu yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Kota Bengkulu.
Sebelumnya peluncuran buku naskah drama Pelukis & Wanita telah dilaksanakan di Curup pada tanggal 30 Januari 2021 lalu.
Diungkapkan Adi sapaan akrab Adhyra Pratama Irianto dalam rilisnya, bahwa penulisan buku naskah drama Pelukis & Wanita karyanya tersebut memakan waktu hingga 10 tahun (2008-2018).
Proses penulisan buku naskah drama tersebut didukung oleh sejumlah penulis naskah drama, pemikir, budayawan, seniman dan sastrawan Indonesia yakni Iswadi Pratama, Ari Pahala Hutabarat, Irwan Jamal, Ikhsan Satria Irianto, Lusi Handayani, dan rekan-rekan Teater Senyawa Curup.
“Bahkan, Pelukis & Wanita pernah dipentaskan oleh beberapa grup teater di Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua serta menjadi naskah wajib dalam beberapa festival teater di Indonesia,” ujar Adi.
Lanjutnya, buku ini juga dijual dengan harga promo yakni Rp 40.000 hingga hari peluncuran tersebut. Setelah itu, buku akan dijual dengan harga normal yakni Rp 55.000.
• Pementasan Ruang Tunggu
Hari yang sama (27/2/2021) pada kegiatan Temu Teater Bengkulu yang diadakan oleh Dewan Kesenian Bengkulu, Sanggar Teater Senyawa membawa lakon Ruang Tunggu sutradara Adhyra Pratama Irianto. Pementasan ini dipentaskan di Gedung Tertutup Taman Budaya.
Sebelumnya Teater Senyawa menggelar pentas Pelukis & Wanita keliling Sumatera. Pentas Ruang Tunggu sudah dipersiapkan sejak 4 bulan terakhir dan merupakan produksi ke-27 Sanggar Teater Senyawa Curup, pentas ini menegaskan gagasan absurdisme dari sutradara Adhyra Irianto yang beberapa tahun terakhir menjadi corak khas Teater Senyawa Curup.
Pimpinan Produksi (Pimpro) pementasan Ruang Tunggu, Diah Irawati, S.S, M.Pd menjelaskan gagasan absurditas tersebut merujuk ke kondisi sosial saat ini yang terkungkung pandemi, terutama para pekerja seni yang direspon oleh Teater Senyawa dalam bentuk karya teater, garapan ini juga menunjukkan dukungan dari Teater Senyawa terhadap aktivitas dan ekosistem teater yang ada di Provinsi Bengkulu.
“Karena meski tetap menjaga proses kreatif tetap kontinyu, namun Teater Senyawa lebih banyak bekerja artistik di areanya sendiri, Kabupaten Rejang Lebong,” demikian Diah. (Red/Rilis)